Hore,
Hari Baru!
Teman-teman.
Hari ini, frase ‘talent war’ sudah menjadi wabah dikalangan industri apapun, dan dimanapun. Gagasan dasarnya sangat sederhana; kelestarian perusahaan sangat bergantung kepada para talenta itu. Permasalahannya adalah; jumlah talenta itu sangat terbatas. Sehingga kalangan industri tidak bisa begitu saja mendapatkan talenta sebanyak mereka mau. Oleh karenanya, para atasan hebat tidak henti-hentinya melakukan talent reengineering. Dan organisasi bisnis manapun sangat berkepentingan dengan apa yang dilakukan oleh para atasan hebat ini. Bagaimana dengan anda? Apakah anda berada dalam lingkaran itu atau tidak?
Anda tentu tahu mentimun. Sejenis sayuran yang mengandung banyak air dan rasanya sangat menyegarkan. Tukang sayur akan dengan senang hati menyediakannya untuk anda. Penduduk dikampung saya menyebutnya ‘bonteng’. Mulai sekarang, saya ingin anda menyebut timun itu sebagai ‘bonteng’. Ngomong-ngomong, seberapa besar ukuran bonteng yang pernah anda lihat? Saya yakin, sebagian besar dari anda belum pernah melihat ukuran yang sedemikian besarnya, sehingga anda tidak dapat menggenggamnya dengan sebelah tangan. Anda harus menggunakan kedua tangan untuk bisa memegangnya. Besar sekali, bukan?
Anda benar. Tentu ini bukanlah bonteng biasa. Meskipun sesungguhnya dia itu dihasilkan dari pohon yang sama seperti pohon bonteng lainnya. Pertanyaannya; bagaimana seorang petani bisa menghasilkan bonteng sedemikian besar? Tentu ada rahasianya. Ayah saya yang seorang petani mengetahui rahasia itu. Dia bisa mengenali bonteng besar itu sejak bunga bonteng layu dan digantikan oleh bayi bonteng yang ukurannya tidak sampai sebesar jari kelingking seorang bayi. Dengan kata lain, petani yang hebat seperti ayah saya, sudah bisa mengenali calon bonteng besar sejak pertama kali dia melihatnya tumbuh. Dia bisa mengenali; bahwa bayi bonteng itu memiliki potensi untuk tumbuh lebih besar dari bonteng-bonteng lainnya.
Begitulah pula halnya dengan seorang atasan yang hebat. Dia bisa mengenali potensi besar yang tersembunyi didalam diri orang-orang yang dipimpinnya sejak masa-masa awal interaksi dengannya. Dia tahu jika anda itu orang yang mempunyai potensi diri yang besar atau tidak. Dan dia tahu, apakah anda sesungguhnya bisa dikembangkan untuk menjadi pemimpin dimasa mendatang atau tidak.
Lantas, apa yang dilakukan oleh seorang petani bonteng ketika dia menemukan bakal bonteng yang hebat? Ayah saya, telah menyediakan tongkat ajaib yang terbuat dari bambu. Kemudian tongkat itu ditancapkan disamping bayi bonteng itu. Apa artinya itu? Artinya; tidak ada seorang pun yang boleh mengganggu bayi bonteng itu. Tidak saya yang anaknya ini. Dan tidak juga tikus, ulat tanah, atau hama apapun juga. Pendek kata; Ayah saya akan memproteksi bayi bonteng itu, dari pengaruh negative apapun yang mengancamnya! Lantas, apa yang dilakukan oleh atasan hebat anda? Dia akan menandai anda, seperti ayah saya menandai bayi bontengnya!
Langkah selanjutnya yang diambil ayah saya adalah; menjaga kelembaban tanah disekitarnya, memberikan pupuk yang secukupnya, dan mengatur drainase diseputarnya. Dengan kata lain, sebagian besar perhatian ayah saya tertuju kepada bayi bonteng yang istimewa itu. Ada ribuan bayi bonteng dikebun itu; namun, bayi bonteng istimewa itu mendapatkan perhatian yang lebih banyak dibandingkan dengan seluruh perhatian yang sang petani berikan kepada semua bonteng lainnya. Seorang atasan yang hebatpun demikian. Dia mungkin mempunyai banyak staff di teamnya. Namun, dia mengalokasikan secara khusus sumberdayanya kepada calon ‘bonteng’ istimewa di teamnya.
Hati-hati. Sampai disini, bisa saja anda mulai diganggu oleh prasangka. Ya, prasangka yang biasa terdapat didalam hati kebanyakan orang. Prasangka itu berbunyi; Atasan gue pilih kasih! Lho kok pilih kasih? Yo-i coy. Doi pilih kasih. Masa perhatiannya dihabiskan kepada si anak emas itu!
Teman-teman sekalian, prasangka itu juga dimiliki oleh para bonteng lainnya dikebun ayah saya. Mereka menggugat ayah saya dengan mengatakan;”Kamu pilih kasih pak petani! Mengapa setiap hari kamu memikirkan bonteng yang satu itu? Mengapa kamu memberi pupuk lebih banyak? Mengapa kamu menyediakan training lebih sering? Mengapa kamu melatih dia lebih intensif? Mengapa kamu MENGISTIMEWAKAN dia SIH!???” Begitu kan, gerutuan yang seringkali terdengar dikantor-kantor para bonteng?
Faktanya memang demikian. Para petani hebat, memperlakukan bonteng istimewa dengan cara yang istimewa pula. Memang, kadang-kadang para bonteng lainnya menuduh itu sebagai sikap diskriminatif. Tetapi, asal anda tahu saja; kalaupun petani itu memperlakukan bonteng-bonteng lainnya dengan perlakukan istimewa juga; maka mereka tidak akan tumbuh menjadi bonteng yang istimewa. Percaya deh. Para ordinary bonteng, meski diperlakukan khusus tetap saja akan tumbuh seperti kebanyakan bonteng lainnya. Dia menua hanya dalam lima sampai tujuh hari. Itulah sebabnya para petani bonteng memanen bonteng setiap 2 hari. Karena, jika mereka menunda panen hingga hari ketiga dan seterusnya; maka bonteng itu warnanya berubah dari hijau menjadi oranye. Sedangkan bonteng yang berwarna orangye itu rasanya asam. Kalau tukang sayur membawa bonteng berwarna hijau; anda mau beli. Tapi kalau bontengnya sudah berwarna oranye, anda tidak mau membeli karena rasanya sudah tidak enak lagi. Itulah yang terjadi pada ordinary bonteng. Perlakuan istimewa tidak bisa menjadikan dirinya extraordinary bonteng.
Manusia seperti kita juga begitu. Jika kita ini hanya sekedar ordinary people; meskipun atasan kita memberikan perlakuan istimewa kepada kita. Menyediakan training yang sophisticated buat kita. Memfasilitasi proses pengembangan diri kita. Tetap saja kita akan menjadi si mediocre juga. Perlakuan istimewa tidak bisa menjadikan kita extraordinary bonteng. Lain halnya jika kita ini adalah ‘bibit’ yang hebat. Maka perlakuan istimewa atasan kita akan menyempurnakan pertumbuhan diri kita. Jika kita ingin menjadi bibit yang hebat itu, maka kita perlu mencamkan ini: sekalipun kita tidak selalu bisa mengatur atasan, tapi kita selalu bisa mengatur diri kita sendiri. Jadi, hal paling penting yang perlu kita lakukan adalah; memastikan bahwa kita ini adalah bibit extraordinary people. Jadi, kalau nanti atasan kita menempa, maka kita ‘pasti’ jadi somebody.
Oleh karena itu, kita harus mulai mengembangkan sikap dan sifat positif dari dalam diri kita. Dan menyingkirkan sikap dan sifat negative yang masih mengotorinya. Jika pikiran kita cupet, kita bukan bibit bonteng yang hebat. Jika hati kita dipenuhi oleh prasangka buruk, kita tidak akan menjadi bonteng yang unggul. Jika kita tidak bersedia menerima input dari atasan yang berhati tulus; maka itu sama dengan para bonteng biasa yang sudah dikasih banyak pupuk oleh petani, tapi dia tidak bersedia memakan pupuk itu untuk menumbuhkan dirinya menjadi semakin besar. Kita akan menjadi orang yang kerdil selamanya.
Jika kita tidak memiliki trust kepada atasan yang beritikad baik itu; kita juga akan selalu memandang curiga. Jadi, ketika dia memberi kita tugas yang lebih banyak, kita menganggap mereka memperbudak. Ketika mereka menguji kita dengan tugas-tugas yang sulit, kita menganggap mereka tidak manusiawi. Harap diingat, atasan yang hebat tidak memberi tugas dalam jumlah yang sama kepada bawahannya. Justru kepada orang-orang yang dianggap capable tugas yang lebih berat itu diberikan. Bukan untuk membebani. Bukan untuk menyiksa. Melainkan untuk menempa mereka supaya menjadi bonteng yang menonjol. Masalahnya, hati kita suka sekali dengan prasangka buruk.
Bibit bonteng yang istimewa itu akan tumbuh semakin besar. Semakin baik. Dan semakin jauh bedanya dibandingkan dengan bonteng-bonteng ordinary lainnya. Dan jika saatnya tiba, petani hebat itu akan memetiknya. Dari bonteng-bonteng pilihan itu, sang petani akan mendapatkan biji-biji bonteng, yang bisa digunakan sebagai bibit bonteng untuk musim tanam dimasa-masa mendatang. Sehingga, kebun bonteng itu bisa lestari.
Bibit manusia yang istimewa itu akan tumbuh semakin besar. Semakin baik. Dan semakin jauh bedanya dibandingkan dengan manusia-manusia ordinary lainnya. Dan jika saatnya tiba, atasan hebat itu akan memetiknya. Dan dari manusia-manusia pilihan itu, sang atasan akan mendapatkan harapan atas tersedianya calon-calon pemimpin masa depan untuk musim bisnis dimasa-masa mendatang. Sehingga, perusahaan itu bisa lestari.
Bonteng istimewa hasil pembibitan petani hebat itu diberi gelar baru, dan disebut sebagai ‘brewek’. Manusia istimewa hasil tempaan atasan hebat itu diberi gelar baru, dan disebut sebagai ‘Talent’. Andakah Sang Talenta Langka Itu?
Hore,
Hari Baru!
Dadang Kadarusman
Catatan Kaki:
Mau dapat atasan hebat seperti itu? Jika anda seorang bibit yang baik, mereka akan dengan senang hati menerima anda. Karena, para atasan hebat tidak akan membuang-buang waktu, energi dan sumber dayanya dengan orang-orang yang berpikiran sempit, tertutup oleh ke-aku-an, dan enggan untuk melakukan extra mile.
Sabtu, 07 Juni 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
Salam Kenal Kang Dadang ,gimana caranya si bonteng yang bagus bisa menjaga sendiri kualitasnya. Kadang-kadang gak gampang jadi bonteng berkualitas.
Ada ulasan menarik di
http://airimbang.wordpress.com/sosekpol/jaman-akhir-pajajaran-migration-to-philiphines/
Ditunggu di sana........
Pak Hadian, Salam kenal. Sorry nih, responsenya telat. Maklum menggunakan pentium 1. Betul Pak, tidak gampang menjadi bonteng berkualitas. Untungnya, kita ini dari jenis bonteng yang memiliki 'will' and a litle bit of power. Dengan kedua hal tersebut kita bisa memilih lingkungan dan teman yang lebih tepat untuk dijadikan tempat bermukim.
Btw, saya punya teman di Philippines. Memang ada beberapa kata yang sama maknanya.
Posting Komentar